1/10/2016

Kunjungan Ke Gyno

Tidak banyak perempuan yang berani terbuka tentang kunjungannya ke Gyno, dokter kandungan. Mereka yang bercerita pun tak bakalan se-terbuka ini bercerita tentang pengalamannya di ruang praktek dokter. Seperti apa ya, cerita sang janda saat berkunjung dan diperiksa dokter kandungannya?

Kunjungan Ke Gyno

Kunjungan ke dokter kandungan alias gyno itu seperti mau ketemu CEO. Sudah bikin janjinya susah, terus pas Hari H-nya keringet dingin

Rasanya semua perempuan punya perasaan yang sama kalau berkunjung ke gyno. Paling tidak, setahun sekalilah kita musti cek hardware kita yang penting itu, paling nggak buat paap smear.

Minggu lalu saya ke Singapore, dalam rangka meeting.  Mumpung lagi di sana, saya check up jeroan-lah, karena setelah kista pertengahan operasi tahun lalu sama Dr. Alex Ooi di Mt. Elizabeth, saya belum ke Singapore lagi.

Mau cek apa ada benda-benda asing lain yang tumbuh di dalam badan ini, misalnya gunting, silet, dan lain-lainnya (emangnya dukun kali ya?), tapi juga mau follow up dengan terapi yang dia berikan setelah operasi.

Menurut perhitungan, setelah 6 bulan dijadikan menopause, seharusnya sang bulan sudah datang bertamu. Tetapi kok tidak datang-datang setelah 2 bulan ya? Seriously, memang dia suruh saya cek, entah gyno sini atau balik ke dia lagi setelah 6 bulan.

Ya, ngaret 2 bulan tak apalah, daripada tidak sama sekali. Lagian dokternya juga keren seperti bintang film Hongkong gitu kok.

Begitu sampai di my gyno, disambut dengan basa-basi biasa lalu mengutarakan keluhan-keluhan, yang mana untungnya tidak ada yang serius. Tapi tetap aja di cek, udah jauh-jauh dateng, masa ngga diteropong. Alhamdulillah, clear.

Tapi yang bikin gedeg itu, pas berbaring, dia bilang, “Kamu agak gemuk ya?” sembari ngeliat perut. Sialan. Udah setengah mati ini berusaha biar perut kenceng, masih juga ada yang notify. Ya, namanya ke dokter, ngga ada yang bisa diumpetin deh.

Setelah cek-cek, sodok-sodok, teropong-teropong, saya dinyatakan bersih dari benda-benda asing yang tidak diundang. Horee!! Bisa pulang dengan tenang deh.

Tapi pertanyaan-pertanyaan ini yang bikin gedeg banget:
You don’t plan to have any children, right?
You don’t have a steady partner?
You are not having sex regularly then, right?”.

What is it, you are not interested in men?” (sembari cengar-cengir  sementara saya masih bengong dengan pertanyaan pertamanya).

Kecuali pertanyaan terakhir yang maksudnya mungkin becanda (tapi garing, ya namanya juga nerd kali ya), rasanya pengen nangis dan gedeg deh. Memang pertanyaannya kedengarannya pribadi banget, tapi tujuannya supaya dia tahu terapi apa berikutnya yang musti diberikan kepada saya.

Cuma tetep aja, pas dia tanya, rasanya agak menyesal tidak sempat waxing. Jadinya ketahuan banget kalo saya lagi jablay (lagi ndak sempat dan juga lagi ngga mau diving, jadi ya itu semak-semak belum sempat dirapikan).

Begitu ditanya sama my gyno, baru deh berasa. Iya ya, gila, gue ga punya pasangan tetap (tepatnya: tidak punya pasangan karena baru putus). Rasanya kok rada menyayat-nyayat gitu ya. Sempat ada adegan lari-lari di kebun dan muterin pohon di depan mata.

Iya lho, saya tidak punya steady relationship apalagi yang namanya regular sex. Wong steady partner saja tidak ada. Sempet berasa juga, wah, ada yang kurang nih. Padahal dunia saya itu penuh dengan yang namanya makhluk laki-laki.

Meeting ini saja mengumpulkan laki-laki se-Asia Tenggara judulnya, yang mana setelah meeting ada acara ‘networking’ alias ramah tamah plus free flow dan rumpi-rumpi soal business. Sempet ada perasaan mengasihani diri sendiri.

Kalau yang tanya orang lain, saya sudah semprot tuh. Tapi berhubung my gyno yang tanya, ya memang itu pertanyaan untuk medication. Ya, masa mau disemprot?

Tapi memang kenyataannya begitu. Sendiri, punya pacar juga paling lama satu tahun, rata-rata 4 bulanan. Terus juga saya tidak nyari. Kalau pulang kantor semangatnya ketemu dua anjing saya dan membayangkan buru-buru mandi dan pake kaos dan celana pendek.

Kalau ada ketemuan, diseleksi dulu penting apa ndak orangnya, asik ndak, ngajak ketemunya di wilayah macet apa ndak. Ikutan online dating malah lebih sering nge-delete orang daripada menerima ‘flirt’.

Tapi apa iya punya pasangan itu identik dengan tenang dan bahagia? Ngga banget. Jadi, walaupun dengan muka masam dan rasa ingin menangisi diri sendiri, pertanyaan dokternya saya jawab, “No, no and no” tetapi tetap bilang, “No, I’m not a lesbian”.

Lha, waktu operasi pacar saya pada saat itu nungguin kok. Kebetulan aja sekarang lagi ngga ada pacar kan.

Mungkin karena baru putus aja kali, jadinya rada-rada sendu gitu. Tapi kadang-kadang saya sebagai janda juga suka mikir, apa masih ada ya, kesempatan untuk ketemu Mr. Right? Kok perasaan gagal melulu pacaran dan kawin dari pertama kali mens?

Apa ada yang salah ya sama saya? Apa saya bener terlalu pemilih? Padahal kan enak ya. Saya sudah tidak pengen punya anak (karena sudah di atas 40), bisa cari duit sendiri (dan tidak sedikit pula), dan penampilan tidak buruk pula (fyi, setelah dari dokter, langsung ke Paragon dan membeli sepasang sepatu Tods).

Yang terus dijawab sendiri, ya memang belum ada aja yang qualified buat jadi teman istimewa. Dan mengenai hubungan-hubungan yang gagal, it just didn’t work out, period. Tidak ada yang salah dengan saya. Belum ketemu saja.

Kalaupun memang sudah habis stock pria untuk saya seleksi, ya tidak apa-apa. Kebahagiaan kan tidak hanya untuk mereka yang kawin saja toh (yang mana orang-orang yang kawin mungkin akan bilang, “Kebahagiaan bukan milik mereka yang single-single saja toh?”).

Dengan pemikiran itu, saya menyiapkan bahan-bahan meeting dan besoknya bergabung dengan rekan-rekan profesional dari seantero Asia Tenggara (yang batangan semua dan ada beberapa yang bolehlah buat cuci-cuci mata) sambil menikmati wine yang disediakan panitia sampai larut malam.

Syukurlah, tidak ada yang nelpon-nelponin cepat pulang atau cek-cek di HP nanyain lagi ngapain.

Life is good.


(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.